BIOLOGI SEL (STRUKTUR DANFUNGSI SEL)
Biologi sel adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang sel. Sel sendiri adalah kesatuan structural dan fungsional makhluk hidup
Teori-teori tentang sel
- Robert Hooke (Inggris, 1665) meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Hasil pengamatannya ditemukan rongga-rongga yang disebut sel (cellula)
- Hanstein (1880) menyatakan bahwa sel tidak hanya berarti cytos (tempat yang berongga), tetapi juga berarti cella (kantong yang berisi)
- Felix Durjadin (Prancis, 1835) meneliti beberapa jenis sel hidup dan menemukan isi dalam, rongga sel tersebut yang penyusunnya disebut “Sarcode”
- Johanes Purkinje (1787-1869) mengadakan perubahan nama Sarcode menjadi Protoplasma
- Matthias Schleiden (ahli botani) dan Theodore Schwann (ahli zoologi) tahun 1838 menemukan adanya kesamaan yang terdapat pada struktur jaringan tumbuhan dan hewan. Mereka mengajukan konsep bahwa makhluk hidup terdiri atas sel . konsep yang diajukan tersebut menunjukkan bahwa sel merupakan satuan structural makhluk hidup.
- Robert Brown (Scotlandia, 1831) menemukan benda kecil yang melayang-layang pada protoplasma yaitu inti (nucleus)
- Max Shultze (1825-1874) ahli anatomi menyatakan sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup
- Rudolf Virchow (1858) menyatakan bahwa setiap cel berasal dari cel sebelumnya (omnis celulla ex celulla)
Macam Sel Berdasarkan Keadaan Inti
a. sel prokarion, sel yang intinya tidak memiliki membran, materi inti tersebar dalam sitoplasma (sel yang memiliki satu system membran. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bakteri dan alga biru
b. sel eukarion, sel yang intinya memiliki membran. Materi inti dibatasi oleh satu system membran terpisah dari sitoplasma. Yang termasuk kelompok ini adalah semua makhluk hidup kecuali bakteri dan alga biru
Struktur sel prokariotik lebih sederhana dibandingkan struktur sel eukariotik. Akan tetapi, sel prokariotik mempunyai ribosom (tempat protein dibentuk) yang sangat banyak. Sel prokariotik dan sel eukariotik memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut :
Sel Prokariotik
- Tidak memiliki inti sel yang jelas karena tidak memiliki membran inti sel yang dinamakan nucleoid
- Organel-organelnya tidak dibatasi membran
- Membran sel tersusun atas senyawa peptidoglikan
- Diameter sel antara 1-10mm
- Mengandung 4 subunit RNA polymerase
- Susunan kromosomnya sirkuler
Sel Eukariotik
- Memiliki inti sel yang dibatasi oleh membran inti dan dinamakan nucleus
- Organel-organelnya dibatasi membran
- Membran selnya tersusun atas fosfolipid
- Diameter selnya antara 10-100mm
- Mengandungbanyak subunit RNA polymerase
- Susunan kromosomnya linier
Macam Sel Berdasarkan Keadaan Kromosom dan Fungsinya
a. Sel Somatis, sel yang menyusun tubuh dan bersifat diploid
b. Sel Germinal. sel kelamin yang berfungsi untuk reproduksi dan bersifat haploid
Bagian-bagian Sel
- Bagian hidup(komponen protoplasma), terdiri atas inti dan sitoplasma termasuk cairan dan struktur sel seperti : mitokondria, badan golgi, dll
- Bagian mati (inklusio), terdiri atas dinding sel dan isi vakuola
mari kita bahas masing-masing bagian satu per satu
a Dinding sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel terdiri daripada selulosa yang kuat yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk mengekalkan bentuk sel. Terdapat liang pada dinding sel untuk membenarkan pertukaran bahan di luar dengan bahan di dalam sel.
Dinding sel juga berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu.
Dinding sel terdiri dari Selulosa (sebagian besar), hemiselulosa, pektin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat dari Ca dan Mg.
b. Membran Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma. Membran sel membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua lapis lipid (lipid bilayer) dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel.
Struktur membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan Nicholson pada tahun 1972. Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
c. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah "pembangkit tenaga" bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper, 2000].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan Asetil KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium
d. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
- Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.
- Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
- Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).
e. Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang bernama Camillo Golgi.
beberapa fungsi badan golgi antara lain :
1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.
3. Membentuk dinding sel tumbuhan
4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat untuk memodifikasi protein
6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7. Untuk membentuk lisosom
f. Retikulum Endoplasma
RETIKULUM ENDOPLASMA (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel hewan eukariotik.
Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).
Ada tiga jenis retikulum endoplasma:
RE kasar Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel. RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.
g. Nukleus
Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang membentuk genom inti sel. Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA untuk mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri
h. Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan. ada tiga macam plastida, yaitu :
- leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung)
- kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a dan b (untuk fotosintesis), xantofil, dan karoten
- kromoplast : plastida yang banyak mengandung karoten
i. Sentriol (sentrosom)
Sentorom merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol (sepasang sentriol) yang terjadi ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak ke bagian kutub-kutub sel yang sedang membelah. Pada siklus sel di tahapan interfase, terdapat fase S yang terdiri dari tahap duplikasi kromoseom, kondensasi kromoson, dan duplikasi sentrosom.
Terdapat sejumlah fase tersendiri dalam duplikasi sentrosom, dimulai dengan G1 dimana sepasang sentriol akan terpisah sejauh beberapa mikrometer. Kemudian dilanjutkan dengan S, yaitu sentirol anak akan mulai terbentuk sehingga nanti akan menjadi dua pasang sentriol. Fase G2 merupakan tahapan ketika sentriol anak yang baru terbentuk tadi telah memanjang. Terakhir ialah fase M dimana sentriol bergerak ke kutub-kutub pembelahan dan berlekatan dengan mikrotubula yang tersusun atas benang-benang spindel.
j. Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
fungsi vakuola adalah :
1. memelihara tekanan osmotik sel
2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll
3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel
Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan
1. Sel Hewan :
* tidak memiliki dinding sel
* tidak memiliki butir plastida
* bentuk tidak tetap karena hanya memiliki membran sel yang keadaannya tidak kaku
* jumlah mitokondria relatif banyak
* vakuolanya banyak dengan ukuran yang relatif kecil
* sentrosom dan sentriol tampak jelas
2. Sel Tumbuhan
* memiliki dinding sel
* memiliki butir plastida
* bentuk tetap karena memiliki dinding sel yang terbuat dari cellulosa
* jumlah mitokondria relatif sedikit karena fungsinya dibantu oleh butir plastida
* vakuola sedikit tapi ukurannya besar
* sentrosom dan sentriolnya tidak jelas
Senin, 10 Oktober 2011
resep makanan
Dendeng balado
Sumber: ibu DI
BAHAN
500 gram daging sapi gandik utuh
1 1/2 sendok teh garam
1 sendok makan air jeruk nipis
8 sendok makan minyak goreng
10 buah cabai merah
12 butir bawang merah
1 sendok teh air jeruk nipis
1 sendok teh garam
CARA MEMBUAT
Buang urat-urat pada daging.
Iris tipis daging mengikuti arah serat daging.
Remas daging, air jeruk nipis, dan garam.
Jemur potongan daging di panas matahari hingga kering.
Goreng sampai renyah di atas api kecil, sisihkan.
Tumbuk kasar, cabai merah, bawang merah. Tumis dalam minyak panas,
bumbui garam, dan air jeruk nipis. Aduk sampai layu.
Masukkan potongan daging, aduk rata lalu angkat dan hidangkan.
siklus dan pembelahan sel
SIKLUS DAN PEMBELAHAN SEL
Siklus sel adalah kegiatan yang terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya. Siklus sel adalah fungsi sel yang paling mendasar berupa duplikasi akurat sejumlah besar DNA di dalam kromosom, dan kemudian memisahkan hasil duplikasi tersebut hingga terjadi dua sel baru yang identik. Siklus sel mencakup dua fase, yaitu fase persiapan (Interfase) dan fase pembelahan (Mitosis). Fase persiapan terdiri atas periode G1 (gap 1), periode S (sintesis) dan periode G2 (gap 2). Fase pembelahan terdiri atas karyokinesis atau mitosis (pembelahan nucleus) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma).
Gambar Siklus Sel
Urutan tahapan siklus adalah G1-S-G2-M. Tahap S (tahap sintesis) adalah tahapan dimana terjadi sintesis dan replikasi DNA sehingga volume inti sel meningkat. Tahap interfase terdiri G1, S dan G2. Tahap M (mitosis) berlangsung ketika pembagian inti (kromosom) dan sitoplasma. Mitosis terdiri dari 4 fase yaitu profase, metaphase, anaphase dan telofase.
- Fasa S (sintesis)
Merupakan tahap terjadinya replikasi DNA. Pada umumnya, sel tubuh manusia membutuhkan waktu sekitar 10 jam untuk menyelesaikan tahap ini. Hasil replikasi kromosom yang telah utuh, segera dipilah bersama dengan dua nukleus masing-masing guna proses mitosis pada fasa M.
- Fasa M (mitosis)
Interval waktu fasa M kurang lebih 1 jam. Tahap di mana terjadi pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas). Pada mitosis, sel membelah dirinya membentuk dua sel anak yang terpisah. Dalam fasa M terjadi beberapa jenjang fasa, yaitu:
§ Profasa, fasa terjadinya kondensasi kromosom dan pertumbuhan pemintalnya. Pada saat ini kromosom terlihat di dalam sitoplasma.
§ Prometafasa, pada fasa ini sampul inti sel terlarut dan kromosom yang mengandung 2 kromatid mulai bermigrasi menuju bidang ekuatorial (piringan metafasa).
§ Metafasa. kondensasi kromosom pada bidang ekuatorial mencapai titik puncaknya
§ Anafasa. Tiap sentromer mulai terpisah dan tiap kromatid dari masing-masing kromosom tertarik menuju pemintal kutub.
§ Telofasa. Kromosom pada tiap kutub mulai mengalami dekondensasi, diikuti dengan terbentuknya kembali membran inti sel dan sitoplasma perlahan mulai membelah
§ Sitokinesis. Pembelahan sitoplasma selesai setelah terjadi oleh interaksi antara pemintal mitotik, sitoskeleton aktomiosin dan fusi sel dan menghasilkan dua sel anak yang identik.
- Fasa G (gap)
Fasa G yang terdiri dari G1 dan G2 adalah fasa sintesis zat yang diperlukan pada fasa berikutnya. Pada sel mamalia, interval fasa G2 sekitar 2 jam, sedangkan interval fasa G1 sangat bervariasi antara 9 jam hingga beberapa hari. Sel yang berada pada fasa G1 terlalu lama, dikatakan berada pada fasa G0 atau “quiescent”. Pada fasa ini, sel tetap menjalankan fungsi metabolisnya dengan aktif, tetapi tidak lagi melakukan proliferasi secara aktif. Sebuah sel yang berada pada fasa G0 dapat memasuki siklus sel kembali, atau tetap pada fasa tersebut hingga terjadi apoptosis.
Pada umumnya, sel pada orang dewasa berada pada fasa G0. Sel tersebut dapat masuk kembali ke fasa G1 oleh stimulasi antara lain berupa: perubahan kepadatan sel, mitogen atau faktor pertumbuhan, atau asupan nutrisi.
- Interfasa
Merupakan sebuah jedah panjang antara satu mitosis dengan yang lain. Jedah tersebut termasuk fasa G1, S, G2.
pembelahan sel merupakan bagian dari siklus sel.Pembelahan sel di bagi atas 3 yaitu amitosis, mitosis dan meosis. Amitosis adalah pembelahan langsung karena inti membelah tanpa melibatkan pembentukan kromosom. Pembelahan diawali dengan memanjangnya sel dan inti yang diikuti oleh bagian tengah sampai putus. Mitosis merupakan proses pembelahan inti yang diikuti oleh pembelahan sel. Pembelahan mitosis terjadi selama ± 2 jam. Meosis adalah proses pembelahan sel yang terjadi pada sel kelamin dari organism yang mengadakan reproduksi secara generative. Meosis terjadi dalam dua kali pembelahan dan akhir dari pembelahan akan terbentuk sel haploid.
Pada jurnal yang berjudul “ Telaah Beberapa Fungsi Titik-Uji Siklus Pembelahan Sel Fase G1 dan S Dari Inhibitor Kinase-Bergantung-Siklin Sic1” di teliti bahwa Sic1 sebagai suatu protein titik-uji yang memonitor penyelesaian suatu proses dalam siklus sel dan menghentikan siklus sel bila proses yang dipantau tersebut belum tuntas atau mengalami hambatan, yakni dengan menghambat kerja CDK yang berperanan dalam menggerakkan siklus sel. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan sel ragi. Keuntungan mempelajari siklus sel eukariot atau sel manusia menggunakan model sel ragi, bukan saja disebabkan terkonservasinya siklus sel mulai dari sel ragi hingga sel manusia, tetapi juga karena sel ragi lebih mudah dipropagasi dari sel manusia, karena memiliki waktu belah yang hanya 90 menit (sel manusia 24 jam), mudah diamati secara visual di bawah mikroskop, dan memerlukan bahan media yang relatif lebih murah dibandingkan media untuk kultur sel manusia. Hingga kini, berdasarkan temuan yang diperoleh dari mempelajari siklus sel ragi, diperoleh analogi dan diklon gen-gen homolognya pada sel manusia.
Sebelum pembelahan sel, sel dipastikan selesai melakukan replikasi DNA, perbaikan DNA dan penyusunan gelondong-gelondong dan juga pertumbuhan beberapa ukuran. Dilakukan titik control timbal balik pada siklus sel untuk tempat pemeriksaan. Untuk dapat menentukan proses yang dipantau oleh fungsi titik-uji dari Sic1, dalam penelitian ini telah dilakukan telaah terhadap pengaruh pelesapan gen SIC1 terhadap beberapa proses fase G1 dan S yang telah diketahui. Telaah ini dimulai dengan meneliti respon sel ∆sic1 terhadap kerusakan DNA akibat sinar UV dan sinar-γ. Pada sel mamalia, sebagai respon terhadap kerusakan DNA akibat penyinaran-γ, protein penghambat tumor p53 akan menginduksi transkripsi suatu CKI (=Cyclin dependent kinase inhibitor = inhibitor kinase-bergantung-siklin) mamalia, yakni p21CIP1. p21CIP1 yang terinduksi sintesisnya, akan menghentikan siklus sel, sehingga memberi waktu bagi sel untuk memperbaiki kerusakan pada DNA, atau bila kerusakan tak dapat diperbaiki, menyebabkan sel mengalami apoptosis (El-Deiry dkk., 1994).
Pada penelitian ini, ternyata sel ∆sic1 tidak memberikan respon berbeda dengan sel SIC1+ terhadap sinar UV, meskipun sel ∆sic1 ternyata lebih tahan terhadap sinar-γ dibandingkan sel SIC1+. Ketahanan yang meningkat terhadap sinar-γ dari sel ∆sic1 dibandingkan sel SIC1+ kemungkinan disebabkan bagian terbesar (70%) dari sel ∆sic1 dalam kultur yang digunakan ber-ada pada fase G2 (Nugroho & Mendenhall, 1994; Nugroho, 1998). Sel pada fase G2 lebih tahan terhadap sinar ionisasi daripada sel pada fase G1 (Brunborg & Williamson, 1978). Berbeda dengan kultur ∆sic1, jumlah sel SIC1+ yang berada pada fase G1 dan G2 pada kultur sama banyak (Nugroho & Mendenhall, 1994; Nugroho, 1998). Sel G2 lebih tahan terhadap sinar-γ karena pemutusan rantai DNA dapat dengan mudah diperbaiki secara rekombinasi dengan rantai kedua.
Hasil yang tampak Sic1 tidak dibutuhkan untuk penyebaran siklus sel dan memantau proses replikasi dan perbaikan DNA, serta pembentukan gelendong mikrotubula. Sic1 juga tidak dibutuhkan untuk memberikan respon terhadap feromon perjodohan, dan kekurangan nutrisi.
Pada jurnal “ Peningkatan Aktivitas Doxorubicin Oleh Ekstrak Etanolik Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia ) Melalui Penghambatan Siklus Sel dan Induksi Apoptosis Pada Sel Kanker Payudara MCF-7 “ apoptosis pertama diidentifikasikan sebagai bentuk kematian sel berdasarkan kepada morfologinya. Penelitian mengenai insiden biokomiawi dan genetik merupakan prediksi dari peranannya dalam mengontrol sel ditentukan secara genetik dan alamiah sehingga kontrol genetik dan mekanisme biokimia dari apoptosis menjadi lebih dimengerti dalam perkembangan dan strategi terapi yang mengatur kejadian dalam proses penyakit. Apoptosis adalah suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetik, bersifat aktif, ditandai dengan adanya kondensasi chromatin, fragmentasi sel dan pagositosis sel tersebut oleh sel tetangganya.
Menurut dataWHO (I), kanker payudara menempati urutan ke lima di dunia sebagai penyebab kematian akibat kanker. Pengobatan kanker yang biasanya dilakukan selama ini adalah dengan kemoterapi, pembedahan, radioterapi, dan pengobatan dengan hormon. Permasalahan yang terjadi adalah kebanyakan agen kemoterapi memiliki selektivitas yang rendah sehingga membahayakan sel normal. Selain itu, pada kanker payudara terjadi kasus resistensi terhadap agen kemoterapi. Kokemoterapi doxorubicin dengan bahan alam perlu dikembangkan untuk menghindari resistensi kanker payudara terhadap doxorubicin dan meminimalisasi efek samping. Kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang mengandung flavonoid hesperidin dan naringin berpotensi sebagai agen kokemoterapi doxorubicin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EKJN 15 µg/mL menyebabkan terjadinya apoptosis sebesar 18,14% dan akumulasi sel terbesar pada Jase G2/M, sedangkan EKJN 6 µg/mL menyebabkan terjadinya apoptosis sebesar 9,04% dan akumulasi sel terbesar pada fase Gl. Setelah perlakuan EKJN dikombinasi dengan doxorubicin 175 nM, terjadi peningkatan apoptosis. Kombinasi doxorubicin 175 nM dan EKJN 15 µg/mL menyebabkan terjadinya apoptosis sebesar 18,40% dan acumulasi sel terbesar pada fase Gl, sedangkan kombinasi doxorubicin 175 nM dan EKJN 6 µg/mL menyebabkan terjadinya apoptosis sebesar 25,28% dan akumulasi sel terbesar pada fase G2/M. Peningkatan apoptosis pada perlakuan kombinasi didukung denggan hasil uji double staning. Pada perlakuan kombinasi tampak lebih banyak sel yang berfluoresensi orange dan mengalami fragmentasi DNA. Dari hasil penelitian, menyimpulkan bahwa EKJN dan kombinasinya dengan doxorubicin mampu menghambat siklus sel kanker payudara MCF-7 dan meningkatkan apoptosis sel. Oleh karena itu, EKJN berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen kokemoterapi.
Pada jurnal “ Interkinetic Nuclear Migration: Cell Cycle On The Move” Perkembangan jaringan neuroepithelia terdiri dari sel-sel progenitor saraf, masing-masing menempati seluruh ketebalan epitel dari permukaan ventrikel ke sisi laminal. Inti sel menempati posisi yang berbeda sepanjang sumbu jaringan apikal-basal, namun secara eksklusif mitosis terjadi dekat dengan permukaan ventrikel (sisi apikal). Kemudian inti pindah ke daerah atas di dekat sisi dasar dimana mereka melanjutkan melalui S-fase. Gerakan nuklir diulang pada setiap siklus sel dan dijaga oleh migrasi apikal-ke-basal selama fase G1-dan sebaliknya gerakan basal-ke-apikal selama fase G2-. Meskipun fenomena ini, yang dikenal sebagai INM, pertama kali dijelaskan lebih dari 70 tahun yang lalu (Sauer, 1935), fungsinya tetap kontroversial. Awalnya, telah diusulkan bahwa fungsi sederhana INM bisa untuk memaksimalkan jumlah mitosis pada permukaan apikal terbatas untuk memungkinkan ekspansi nenek moyang yang lebih efisien. Seperti sel-sel saraf progenitor memiliki tubuh basal / Sentrosom terletak pada permukaan apikal selama interfase, telah disarankan bahwa inti harus mencapai posisi ini dalam rangka merakit gelendong mitosis. Dengan memindahkan inti melalui INM, karena itu mungkin untuk memaksimalkan jumlah divisi per permukaan apikal yang tersedia (Ikan et al, 2008). Data yang lebih baru telah mendukung peran instrumental dari INM dalam menentukan nasib sel nenek moyang saraf, dengan memindahkan inti mereka melalui gradien sinyal sepanjang sumbu apikal-basal epitel (Murciano et al, 2002; Baye dan Link, 2007; Del Bene et al, 2008; Latasa et al, 2009). Eksperimental gangguan timbal INM cacat pada neurogenesis dengan penipisan dini prekursor neuron dan tidak seimbang keputusan nasib sel saraf (Schenk et al, 2009). Meskipun kemajuan ini dan lainnya dalam memahami fungsi dan mesin molekuler mengemudi INM, pertanyaan yang belum terpecahkan tetap tentang hubungan antara INM dan siklus sel, memastikan kedua proses dinamis erat. Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa INM tidak diperlukan untuk sel-siklus perkembangan dan menghalangi atau menunda gerakan nuklir tidak mengubah sel-siklus panjang (Murciano et al, 2002; Schenk et al, 2009). Sebaliknya, sel-siklus perkembangan tidak dapat uncoupled dari INM. Kedua menghalangi dan menunda siklus sel hasil baik penangkapan atau pengurangan INM, masing-masing (Ueno et al, 2006; Baye dan Link, 2007). Hasil ini juga dikonfirmasi oleh Kosodo et al: menangkap saraf progenitor di G1-fase dengan berlebih menyebabkan akumulasi p18Ink4c nuklir di sisi basal. Di sisi lain, mempercepat atau memperlambat sel-siklus panjang tidak mengubah posisi apikal inti mitosis, menunjukkan bahwa sel-sel progenitor dapat mengatur kecepatan durasi INM ke sel-siklus diubah (Lange et al, 2009; Pilaz et al, 2009). Dari data ini, dapat menyimpulkan bahwa migrasi nuklir tidak penting untuk sel-siklus perkembangan tetapi sel-siklus regulator juga mengerahkan kontrol yang ketat terhadap INM. Dalam penelitian ini, mekanisme molekuler pertama yang menghubungkan antara siklus sel dan INM dijelaskan (Kosodo et al, 2011). Dalam otak tikus embrio, Tbx2 dinyatakan dalam S, G2-dan M-fase nenek moyang saraf. Khususnya selama fase G2-, Tpx2 ditemukan untuk melokalisasi dengan proses apikal dalam pola serat seperti, mungkin terkait dengan mikrotubulus. Selanjutnya, Tpx2 deplesi penurunan basal migrasi-ke-apikal G2-fase inti nenek moyang saraf dan menyebabkan peningkatan mitosis dalam posisi subapical. Dengan demikian, fase G2-translokasi Tpx2 untuk proses saraf apikal organisasi mengubah nenek moyang mikrotubulus, mempromosikan gerakan nuklir apikal diarahkan dan memastikan bahwa hal ini terjadi selama fase siklus sel yang tepat (G2-fase).
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan istilah kurikulum tidak asing lagi didengar, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap semua kegiatan pendidikan. Menurut H.Dakri yang dikutip oleh Badarudin, kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dicanangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih lanjut Zais yang dikutip oleh Badarudin mengemukakan berbagai pengertian kurikulum, yakni : (i). Kurikulum sebagai program pelajaran, (ii). Kurikulum sebagai isi pelajaran, (iii). Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan, (iv). Kurikulum, sebagai pengalaman dibawah tanggung jawab sekolah, dan (v). kurikulum sebagai suatu rencana (tertulis) untuk dilaksanakan.
Dalam UU RI No. 2 tahun 1989 pasal 1 (9) menyebutkan bahwa : ” kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan” serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar ” (Depdikbud, 1989: 3), sedangkan dalam pasal 37 menyebutkan: ” kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan ” (Depdikbud, 1989 : 15). UU No.20 Tahun 2003 (Sistem Pendidikan Nasional) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai bahan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Rumusan penjabaran kurikulum seperti termaktub dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, bila dikaji merupakan konsep kurikulum yang cukup lengkap dan menyeluruh. Dalam rumusan tersebut tampak dengan jelas bahwa kurikulum perlu dan harus dikembangkan.
Pendidikan berdasarkan ada tidaknya kurikulum dibagi atas dua (2) bagian yaitu Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal
Yang dimaksud dengan Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak memiliki kurikulum formal dan tertulis. pendidikan formal adalah pendidikan di lingkungan keluarga. Pada lingkungan keluarga terjadi interaksi pendidikan yang tanpa disadari, dimana orangtua berperan sebagai pendidik dan anak berperan sebagai peserta didik. Pada lingkungan ini selalu terjadi pembelajaran tetapi pembelajaran tersebut terjadi secara spontan tanpa perlu keahlian khusus seperti guru di sekolah. Sebagai contoh interaksi pendidikan yang diberikan kepada anak saat membersihkan rumah. Disini orangtua hanya memberikan contoh yang lisan dan tingkah laku kepada anak bahwa membersihkan rumah harus menggunakan sapu dan kemudian dibersihkan sela-sela meja, kursi dan sebagainya agar bersih. Pembelajaran ini tidak perlu adanya kurikulum karena pembelajaran ini tidak memiliki tidak memiliki keterkaitan terhadap apapun. Karena seperti yang kita ketahui diatas menurut Sistem Pendidikan Nasional bahwa kurikulum memiliki tujuan dalam pendidikan, tujuan tersebut harus tercapai karena kalau tidak tercapai berarti pendidikan dalam suatu Negara tersebut tidak berhasil. Lain halnya dengan pendidikan informal di lingkungan keluarga apabila tujuan tersebut tidak berhasil maka yang merasakannya hanya dalam satu keluarga tersebut saja.
Pendidikan Formal adalah pendidikan yang didasarkan atas kurikulum dan tertulis. Disini sangat jelas bahwa pendidikan formal terjadi di Lingkungan Sekolah, dimana sekolah harus mempunyai aturan-aturan tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Guru harus bias mempersiapkan dan melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum berubah dari waktu kewaktu. Kurikulum butuh pengembangan agar terjadi keberhasilan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Pengembangan kurikulum tersebut bukan hanya dibuat-buat tanpa ada aturan. Penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan sembarangan. Jadi disini kita akan membahas bagaimana Landasan Pengembangan Kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. (Nana Syaodih.S, 1997:38). Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan pengembangan kurikulum. Seperti yang tercantum dalam kurikulum Sistem Pendidikan, dalam landasan program dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada tiga unsur, yaitu : (1). Nilai dasar yang merupakan falsafah dalam penyelidikan manusia seutuhnya, (2). Fakta empirik yang tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan penilaian kurikulum studi, maupun surve lainnya. (3). Landasan teori yang menjadi arahan pengembangan dan kerangka penyorotannya (Depdikbud, 1986 : 1).
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997: 38) landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum adalah Landasan Filosofis, Landasan Psikologis, Landasan Sosial Budaya serta Perkembangan Ilmu dan Teknologi. Sedangkan Wina Sanjaya (2008 : 42) berpendapat bahwa ada tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni Landasan Filosofis, psikologis dan Landasan Sosiologis-Teknologis. Kemudian Badarudin melalui www.bintangbangsaku.com memberikan pendapat bahwa landasan pengembangan kurikulum didasarkan atas Landasan Filosofis, Landasan Sosial,budaya dan Agama, Landasan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni serta Landasan Perkembangan Masyarakat. Berikut akan dijelaskan landasan menurut pendapat beberapa Penulis diatas.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997 :38) :
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati seperti yang dikutip oleh Akhmad Sudrajat, di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Menurut Wina Sanjaya (2008:42)
1. Landasan Filosofis
Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filasafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Keempat, filsafat dapat menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.
2. Landasan psikologis
Psikologis pada anak sangat perlu untuk diperhatikan, ini berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Karena apabila tidak didasarkan pada landasan psikologis anak maka akan menyebabkan kesalahan arah dan kesalahan praktik dalam pendidikan. Landasan Psikologis ini dibagi atas psikologis anak dan psikologis belajar.
a. Psikologis Perkembangan Anak
Pentingnya pemahaman tentang masa perkembangan anak karena:
a.1. Setiap anak memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu.
a.2. Anak didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka.
a.3. Memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses pemberian bantuan memecahkan masalah yang dihadapi maupun dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.
b. Psikologis Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecendurangan untuk bertindak (Teori Stimulus-Respon). Menurut aliran behavioristik proses belajar adalah rangsangan atau stimulus yang muncul dari luar diri. Sedangkan menurut aliran kognitif belajar adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap individu. Jadi aliran kognitif ini pengertiannya dapat menggerakkan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.
3. Landasan Sosiologis-Teknologis
Kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntunan masyarakat. Kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat tetapi juga berisi tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
a. Sosiologis
Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk social. Begitu juga dengan kurikulum juga mengikuti terhadap kehidupan social masyarakat. Dalam kehidupan social yang semakin kompleks, muncul kekuatan kelompok yang memberikan tekanan terhadap penyelenggaraan dan praktik pendidikan termasuk proses pengembangan isi kurikulum sebagai alat dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kelompok-kelompok social ini biasa dari kelompok agama, politik, militer, industry dan sebagainya.
b. Teknologi
Teknologi berkembang sangat pesat. Teknologi sangat memudahkan masnusia. Sebagai contoh teknologi transportasi, teknologi ini dapat mengefisienkan waktu manusia untuk dapat cepat sampai ke tujuan dengan mudah dan tanpa perlu waktu yang lama. Tetapi dengan kemudahan alat transportasi ini maka muncul efek negativenya adalah terjadinya kemacetan di jalan raya serta polusi udara.
Munculnya permasalahan ini menyebabkan kompleksitas pendidikan yang diemban sekolah, maksudnya disini bahwa sekolah bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan saja akan tetapi harus menanamkan budi pekerti dan nilai sesuai dengan perkembangan IPTEK.
1. Landasan Filosofis
landasan filosofis pengembangan kurikulum adalah hakikat realitas, ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai kebaikan, keindahan, dan hakikat pikiran yang ada dalam masyarakat. Secara logis dan realistis, landasan filosofis pengembangan kurikulum dari satu sistem berbeda dengan pendidikan yang lain. Juga landasan filosofis pengembangan kurikulum dan suatu lembaga berbeda dengan lembaga yang lain. Perbedam tersebut sangat terasa dalam masyarakat yang majemuk. Untuk landasan filosofis pengembangan kurikulum secara cepat dan tepat kita pastikan, yakni nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya yakni pancasila.
2. Landasan social-budaya-agama
Nilai-nilai sosial- budaya masyarakat bersumber pada basil karya akal budi manusia, sehingga dalam menerima, menyebarluaskan, melestrikan dan atau melepaskannya manusia menggunakan akalnya. Dengan demikian, apabila terhadap nilai-nilai sosial budaya yang tidak berterima atau bersesuaian dengan akaInya akan dilepaskan. Oleh karena itu, nilai-nilai sosial budaya lebih bersifat sementara bila dibanding nilai-nilai keagamaan. Untuk menerima melaksanakan, menyebarluaskan. pelestarian, atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial budaya-agama, maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.
3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Seni
Ilmu pengetahuan dan tehnologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber pada perasaaan atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi perubahan yang makin pesat, temasuk didalamya perubahan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni.
4. Landasan Pengembangan Masyarakat
Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangannya tersebut sangat lambat tetapi masyarakat lainnya cepat baik sangat cepat (Nana Sy Sukmadinata, 1988:66). Perkembangan masyarakat juga dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, ipteks, dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Falsafah hidup akan mengarahkan perkembangan masyarakat. Nilai-nilai sosial budaya agama akan merupakan penyaringan nilai-nilai lain yang menghambat perkembangan masyarakat. lpteks mendukung kegiatan msyarakat, dan kebutuhan masyarakat akan membantu menetapkan perkembangan yang dilaksanakan. Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka, diperlukan rancangannya berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa perkembangan masyarakat itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam penyusunan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Landasan program dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada tiga unsur, yaitu :
(1). Nilai dasar yang merupakan falsafah dalam penyelidikan manusia seutuhnya,
(2). Fakta empirik yang tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan penilaian kurikulum studi, maupun surve lainnya.
(3). Landasan teori yang menjadi arahan pengembangan dan kerangka penyorotannya
Landasan-Landasan Pengembangan Kurikulum:
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Psikologis
3. Landasan Sosial-budaya-agama
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
5. Landasan Pengembangan Masyarakat
REFERENSI
1. Badarudin, http://www.bintangbangsku.com/content/prinsip-prinsip-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
2. E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
3. Sanjaya Wina.2008.Kurikulum dan Pembelajaran. PT Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
5. Sukmadinata, S. Nana. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Langganan:
Postingan (Atom)