Senin, 10 Oktober 2011


BAB I
PENDAHULUAN
            Dalam dunia pendidikan istilah kurikulum tidak asing lagi didengar, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap semua kegiatan pendidikan. Menurut H.Dakri yang dikutip oleh Badarudin, kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dicanangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih lanjut Zais yang dikutip oleh Badarudin mengemukakan berbagai pengertian kurikulum, yakni : (i). Kurikulum sebagai program pelajaran, (ii). Kurikulum sebagai isi pelajaran, (iii). Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan, (iv). Kurikulum, sebagai pengalaman dibawah tanggung jawab sekolah, dan (v). kurikulum sebagai suatu rencana (tertulis) untuk dilaksanakan.
Dalam UU RI No. 2 tahun 1989 pasal 1 (9) menyebutkan bahwa : ” kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan” serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar ” (Depdikbud, 1989: 3), sedangkan dalam pasal 37 menyebutkan: ” kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan ” (Depdikbud, 1989 : 15). UU No.20 Tahun 2003 (Sistem Pendidikan Nasional) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai bahan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan  pendidikan tertentu. Rumusan penjabaran kurikulum seperti termaktub dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, bila dikaji merupakan konsep kurikulum yang cukup lengkap dan menyeluruh. Dalam rumusan tersebut tampak dengan jelas bahwa kurikulum perlu dan harus dikembangkan.
Pendidikan berdasarkan ada tidaknya kurikulum dibagi atas dua (2) bagian yaitu Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal
Yang dimaksud dengan Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak memiliki kurikulum formal dan tertulis. pendidikan formal adalah pendidikan di lingkungan keluarga. Pada lingkungan keluarga terjadi interaksi pendidikan yang tanpa disadari, dimana orangtua berperan sebagai pendidik dan anak berperan sebagai peserta didik. Pada lingkungan ini selalu terjadi pembelajaran tetapi pembelajaran tersebut terjadi secara spontan tanpa perlu keahlian khusus seperti guru di sekolah. Sebagai contoh interaksi pendidikan yang diberikan kepada anak saat membersihkan rumah. Disini orangtua hanya memberikan contoh yang lisan dan tingkah laku kepada anak bahwa membersihkan rumah harus menggunakan sapu dan kemudian dibersihkan sela-sela meja, kursi dan sebagainya agar bersih. Pembelajaran ini tidak perlu adanya kurikulum karena pembelajaran ini tidak memiliki tidak memiliki keterkaitan terhadap apapun. Karena seperti yang kita ketahui diatas menurut Sistem Pendidikan Nasional bahwa kurikulum memiliki tujuan dalam pendidikan, tujuan tersebut harus tercapai karena kalau tidak tercapai berarti pendidikan dalam suatu Negara tersebut tidak berhasil. Lain halnya dengan pendidikan informal di lingkungan keluarga apabila tujuan tersebut tidak berhasil maka yang merasakannya hanya dalam satu keluarga tersebut saja.
Pendidikan Formal adalah pendidikan yang didasarkan atas kurikulum dan tertulis. Disini sangat jelas bahwa pendidikan formal terjadi di Lingkungan Sekolah, dimana sekolah harus mempunyai aturan-aturan tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Guru harus bias mempersiapkan dan melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum berubah dari waktu kewaktu.  Kurikulum butuh pengembangan agar terjadi keberhasilan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Pengembangan kurikulum tersebut bukan hanya dibuat-buat tanpa ada aturan. Penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan sembarangan. Jadi disini kita akan membahas bagaimana Landasan Pengembangan Kurikulum.


















BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. (Nana Syaodih.S, 1997:38). Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan pengembangan kurikulum. Seperti yang tercantum dalam kurikulum Sistem Pendidikan,  dalam landasan program dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada tiga unsur, yaitu : (1). Nilai dasar yang merupakan falsafah dalam penyelidikan manusia seutuhnya, (2). Fakta empirik yang tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan penilaian kurikulum studi, maupun surve lainnya. (3). Landasan teori yang menjadi arahan pengembangan dan kerangka penyorotannya (Depdikbud, 1986 : 1).
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997: 38) landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum adalah Landasan Filosofis, Landasan Psikologis, Landasan Sosial Budaya serta Perkembangan Ilmu dan Teknologi. Sedangkan Wina Sanjaya (2008 : 42) berpendapat bahwa ada tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni Landasan Filosofis, psikologis dan Landasan Sosiologis-Teknologis. Kemudian Badarudin melalui www.bintangbangsaku.com memberikan pendapat bahwa landasan pengembangan kurikulum didasarkan atas Landasan Filosofis, Landasan Sosial,budaya dan Agama, Landasan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni serta Landasan Perkembangan Masyarakat. Berikut akan dijelaskan landasan menurut pendapat beberapa Penulis diatas.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997 :38)  :
1.      Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati seperti yang dikutip oleh Akhmad Sudrajat, di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.    Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.   Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.    Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
d.   Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.    Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2.      Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
3.    Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

Menurut Wina Sanjaya (2008:42)
1.      Landasan Filosofis
Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filasafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Keempat, filsafat dapat menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.

2.      Landasan psikologis
Psikologis pada anak sangat perlu untuk diperhatikan, ini berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Karena apabila tidak didasarkan pada landasan psikologis anak maka akan menyebabkan kesalahan arah dan kesalahan praktik dalam pendidikan. Landasan Psikologis ini dibagi atas psikologis anak dan psikologis belajar.
a.   Psikologis Perkembangan Anak
Pentingnya pemahaman tentang masa perkembangan anak karena:
a.1.  Setiap anak memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu.
a.2.  Anak didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka.
a.3. Memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses pemberian bantuan memecahkan masalah yang dihadapi maupun dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.

b.   Psikologis Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecendurangan untuk bertindak (Teori Stimulus-Respon). Menurut aliran behavioristik proses belajar adalah rangsangan atau stimulus yang muncul dari luar diri. Sedangkan menurut aliran kognitif belajar adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap individu. Jadi aliran kognitif ini pengertiannya dapat menggerakkan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.

3.      Landasan Sosiologis-Teknologis
Kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntunan masyarakat. Kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat tetapi juga berisi tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
a.       Sosiologis 
Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk social. Begitu juga dengan kurikulum juga mengikuti terhadap kehidupan social masyarakat. Dalam kehidupan social yang semakin kompleks, muncul kekuatan kelompok yang memberikan tekanan terhadap penyelenggaraan dan praktik pendidikan termasuk proses pengembangan isi kurikulum sebagai alat dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kelompok-kelompok social ini biasa dari kelompok agama, politik, militer, industry dan sebagainya.

b.      Teknologi
Teknologi berkembang sangat pesat. Teknologi sangat memudahkan masnusia. Sebagai contoh teknologi transportasi, teknologi ini dapat mengefisienkan waktu manusia untuk dapat cepat sampai ke tujuan dengan mudah dan tanpa perlu waktu yang lama. Tetapi dengan kemudahan alat transportasi ini maka muncul efek negativenya adalah terjadinya kemacetan di jalan raya serta polusi udara.

Munculnya permasalahan ini menyebabkan kompleksitas pendidikan yang diemban sekolah, maksudnya disini bahwa  sekolah bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan saja akan tetapi harus menanamkan budi pekerti dan nilai sesuai dengan perkembangan IPTEK.

Menurut Badarudin (www.bintangbangsaku.com )
1.    Landasan Filosofis
landasan filosofis pengembangan kurikulum adalah hakikat realitas, ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai kebaikan, keindahan, dan hakikat pikiran yang  ada dalam masyarakat. Secara logis dan realistis, landasan filosofis pengembangan kurikulum dari satu sistem berbeda dengan pendidikan yang lain. Juga landasan filosofis pengembangan kurikulum dan suatu lembaga berbeda dengan lembaga yang lain. Perbedam tersebut sangat terasa dalam masyarakat yang majemuk. Untuk landasan filosofis pengembangan kurikulum secara cepat dan tepat kita pastikan, yakni nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya yakni pancasila.

2.    Landasan social-budaya-agama
Nilai-nilai sosial- budaya masyarakat bersumber pada basil karya akal budi manusia, sehingga dalam menerima, menyebarluaskan, melestrikan dan atau melepaskannya manusia menggunakan akalnya. Dengan demikian, apabila terhadap nilai-nilai sosial budaya yang tidak berterima atau bersesuaian dengan akaInya akan dilepaskan. Oleh karena itu, nilai-nilai sosial budaya lebih bersifat sementara bila dibanding nilai-nilai keagamaan. Untuk menerima melaksanakan, menyebarluaskan. pelestarian, atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial budaya-agama, maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.

3.    Landasan Ilmu Pengetahuan dan Seni
Ilmu pengetahuan dan tehnologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber pada perasaaan atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi perubahan yang makin pesat, temasuk didalamya perubahan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni.
4.    Landasan Pengembangan Masyarakat
Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangannya tersebut sangat lambat tetapi masyarakat lainnya cepat baik sangat cepat (Nana Sy Sukmadinata, 1988:66).  Perkembangan masyarakat juga dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, ipteks, dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Falsafah hidup akan mengarahkan perkembangan masyarakat. Nilai-nilai sosial budaya agama akan merupakan penyaringan nilai-nilai lain yang menghambat perkembangan masyarakat. lpteks mendukung kegiatan msyarakat, dan kebutuhan masyarakat akan membantu menetapkan perkembangan yang dilaksanakan. Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka, diperlukan rancangannya berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa perkembangan masyarakat itu sendiri.











BAB III
KESIMPULAN
Dalam penyusunan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Landasan program dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada tiga unsur, yaitu :
 (1). Nilai dasar yang merupakan falsafah dalam penyelidikan manusia seutuhnya,
(2). Fakta empirik yang tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan   penilaian kurikulum studi, maupun surve lainnya.
(3). Landasan teori yang menjadi arahan pengembangan dan kerangka penyorotannya
Landasan-Landasan Pengembangan Kurikulum:
1.      Landasan Filosofis
2.      Landasan Psikologis
3.      Landasan Sosial-budaya-agama
4.      Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
5.      Landasan Pengembangan Masyarakat









REFERENSI


2.      E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

3.      Sanjaya Wina.2008.Kurikulum dan Pembelajaran. PT Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


5.      Sukmadinata, S. Nana. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar